Selasa, 13 April 2010 0 komentar By: erinz_area

Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.

Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.

Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.

Efek Rumah kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataanya, di lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Nah, panas matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca.

Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (Gas Rumah KAca) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Maka, panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses itulah yang disebut Efek Rumah Kaca. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak dari efek rumah kaca.
Sabtu, 03 April 2010 0 komentar By: erinz_area

RPP GEOGRAFI KLS X

Rencana Program Pembelajaran
33
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATA PELAJARAN : GEOGRAFI
KELAS/SEMESTER : X/1
PERTEMUAN KE- : 1
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 menit
STANDAR KOMPETENSI : 1. MEMAHAMI KONSEP, PENDEKATAN,
PRINSIP dan ASPEK GEOGRAFI.
KOMPETENSI DASAR : 1.1 MENJELASKAN KONSEP GEOGRAFI.
INDIKATOR : 1. MENGURAIKAN KONSEP GEOGRAFI
DARI BERBAGAI REFERENSI.
2. MERUMUSKAN KONSEP GEOGRAFI
DALAM KAJIAN GEOGRAFI.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Siswa mampu mengungkapkan kembali konsep dasar geografi dari
bahan-bahan referensi secara mandiri.
• Secara berkelompok menyimpulkan konsep-konsep geografi.
• Presentasi hasil diskusi.
II. MATERI AJAR (MATERI POKOK)
• Konsep Geografi
III. MATERI PEMBELAJARAN
• Pengamatan
• Diskusi
• Penugasan
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal
M
enyiapkan kondisi fisik dan mental siswa dengan cara mengingatkan kembali materi pelajaran geografi yang telah dipelajari sebelumnya.
Contoh
: - Tentang lokasi tempat tinggal.
- Bertukar pengalaman tentang perbedaan lokasi tempat tinggal masing-masing.
2. Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan tentang materi pelajaran konsep geografi.
• Siswa mendiskusikan secara kelompok tentang konsep-konsep
Panduan Guru
34
Geografi.
a. Konsep lokasi.
b. Jelaskan dua konsep lokasi.
c. Sebutkan sepuluh konsep geografi.
d. Perbedaan antara konsep yang satu dengan yang lainnya (antara sepuluh konsep).
e. Menyimpulkan konsep-konsep geografi.
• Laporan hasil diskusi dibuat berupa jenis tagihan tugas individu.
3. Penutup
• Memberikan posttest kepada siswa secara random untuk menggugah kembali ingatan.
• Membuat kesimpulan tentang konsep-konsep geografi.
V. ALAT, BAHAN, dan SUMBER BELAJAR
• Buku Geografi yang relevan.
• Bahan bacaan (buku lain yang relevan, artikel, internet, koran yang relevan).
• Gambar, atlas/globe, foto, dan CD.
• Masyarakat setempat.
VI. PENILAIAN
1. Penilaian Performance
• Diskusi kelompok tentang konsep geografi.
• Aspek yang dinilai
~ Kecakapan akademis dan
~ Kecakapan sosial.
• Pedoman pensekoran
~ Skor 5, jika penguasaan materi sangat baik.
~ Skor 4, jika penguasaan materi baik.
~ Skor 3, jika penguasaan materi sedang.
~ Skor 2, jika penguasaan materi kurang.
~ Skor 1, jika penguasaan materi sangat kurang.
• Pengembangan konsep
~ Skor 5, jika mampu mengembangkan konsep dengan sangat baik.
~ Skor 4, jika mampu mengembangkan konsep dengan baik.
~ Skor 3, jika pengembangan konsepnya sedang.
~ Skor 2, jika kurang pengembangan konsepnya.
Rencana Program Pembelajaran 35
~ Skor 1, jika sangat kurang pengembangan konsepnya.
2. Kecakapan Sosial
• Kerjasama dalam kelompok
~ Skor 5, jika kerjasamanya dalam kelompok sangat baik.
~ Skor 4, jika kerjasamanya dalam kelompok baik.
~ Skor 3, jika kerjasamanya dalam kelompok sedang.
~ Skor 2, jika kerjasamanya dalam kelompok kurang.
~ Skor 1, jika kerjasamanya dalam kelompok sangat kurang.
• Hubungan dengan kelompok lain
~ Skor 5, jika dapat bertanya dan menjawab dengan sangat baik pada saat diskusi kelas.
~ Skor 4, jika dapat bertanya dan menjawab dengan baik pada saat diskusi kelas.
~ Skor 3, jika dapat bertanya dan menjawab dengan sedang pada saat diskusi kelas.
~ Skor 2, jika kemampuan kurang dalam bertanya dan menjawab pada saat diskusi kelas.
~ Skor 1, jika kemampuan sangat kurang dalam bertanya dan menjawab pada saat diskusi kelas.
• Tanggung Jawab
~ Skor 5, jika tanggung jawab dalam kelompok sangat baik.
~ Skor 4, jika tanggung jawab dalam kelompok baik.
~ Skor 3, jika tanggung jawab dalam kelompok sedang.
~ Skor 2, jika tanggung jawab dalam kelompok kurang.
1 Terbuka
2 Perhatian/Antusias
3 Keaktifan
4 Minat
5 Disiplin
6 Tanggung jawab
Jumlah Skor
Apek yang dinilai
BS
B
K
C
Keterangan:
36 Panduan Guru
Keterangan:
BS : 4
B : 3
C : 2
K : 1
• Laporan Tertulis Kelompok
Aspek yang dinilai Skor
1 Sistematika 1 2 3 4
2 Isi materi 1 2 3 4
3 bahasa 1 2 3 4
Panduan Guru
Pelajaran Geografi untuk SMA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kelas
X
Panduan Guru
Kata Pengantar
Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah menggunakan buku praktik belajar Geografi untuk SMA sebagai bahan acuan dalam pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ((PPKN) di SMA/MA. Buku ini membantu rekan-rekan mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)) 2006 dan memudahkan serta memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi dan membangun kompetensi mereka di bidang Ilmu Geografi.
Penyajian buku praktik belajar Geografi untuk SMA merupakan upaya untuk merespon Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang menghendaki perubahan pola pikir dan pola tindak dalam pembelajaran perubahan pola pikir berhubungan dengan peran guru dan siswa. Peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber atau pemberi informasi, melainkan sebagai fasilitator dan mitra yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengembangkan kompetensinya. Perubahan pola tindak dalam pembelajaran berhubungan dengan strategi pembelajaran dan sistem penilaian, di samping itu berkaitan dengan kapasitas siswa sebagai makhluk netral yang senantiasa berinteraksi dengan manusia lain.
Buku Praktik Belajar Geografi untuk SMA/MA dilengkapi dengan berbagai kegiatan, tugas, diskusi, dan studi kasus yang harus diselesaikan dengan variasi penilaian yang disajikan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa sebagaimana diamanatkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
Dalam penyusunan buku ini, kami berusaha menyajikan yang terbaik. Namun demikian, kami menyadari bahwa mesti terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik membangun dari para rekan guru.
Jakarta, Januari 2007
Penulis
KTSP
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................3
Jadilah Guru yang Baik....................................................................................4
Bab I Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).............................5
A. Pengertian KTSP.................................................................................6
B. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP.............................................6
C. Acuan Operasional Penyusunan KTSP...........................................6
D. Komponen-komponen KTSP............................................................7
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan...............................7
2. Struktur dan Muatan KTSP................................................................7
3. Kalender Pendidikan............................................................................8
4. Silabus.....................................................................................................8
Bab II Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar...............................9
Bab III Silabus................................................................................................11
Bab IV Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).................32
Bab V Kunci Jawaban.................................................................................37
Panduan Guru
JADILAH GURU YANG BAIK
John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuah Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seseorang guru yang baik.
– Persiapan bahan pelajaran dengan memelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita dulu sudah memelajarinya karena apa yang kita ketahui dulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
– Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi.
– Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
– Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
– Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
– Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
– Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
– Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambara apa yang diajarkan akan semakin jelas.
KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Panduan Guru
A. Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
B. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan bersinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
C. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama.
8. Dinamika perkembangan global.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
10. Kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
11. Kesetaraan gender.
12. Karakteristik satuan pendidikan.
KTSP
D. Komponen-Komponen KTSP
1. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, penge-tahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, penge-tahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keteram-pilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan KTSP
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan ke-dalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengem-bangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Kelas Waktu
Semester 1
Komponen
Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Fisika
7. Biologi
8. Kimia
9. Sejarah
10. Geografi
11. Ekonomi
12. Sosiologi
13. Seni Budaya
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
15. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
16. Keterampilan/ Bahasa Asing
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri


2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Panduan Guru
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyususn kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam standar isi.
4. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran stan–dar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajar–an, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Langkah-langkah pengembangan silabus, adalah
a. mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar;
b. mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran;
c. mengembangkan kegiatan pembelajaran;
d. merumuskan indikator pencapaian kompetensi;
e. penentuan jenis penilaian;
f. menentukan alokasi waktu; dan
g. menentukan sumber belajar.
KTSP
Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
10 Panduan Guru
Bab 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X, Semester 1
Kelas X, Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Standar
1. Memahami konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek Geografi.
1.1 Menjelaskan konsep Geografi.
1.2 Menjelaskan Pendekatan Geografi.
1.3 Menjelaskan prinsip Geografi.
1.4 Mendeskripsikan aspek Geografi.
2. Memahami sejarah pembentukan bumi.
2.1 Menjelaskan sejarah pembentukan bumi.
2.2 Mendeskripsikan tata surya dan jagat
Standar Kompetensi
Kompetensi Standar
1. Menganalisis unsur-unsur Geosfer.
3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka
bumi.
3.2 Menganalisis Atsmosfer dan dampakanya terhadap kehidupan di muka bumi.
3.3 Menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
Selasa, 09 Maret 2010 0 komentar By: erinz_area

PTK Metode Kooperatif Tipe STAD

Pengaruh Peneranan Pengajaran Georafi dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa di Kelas XlI IPS - 1 SMA Negeri 8 Surabaya Pada Pokok Bahasan Penginderaan Jauh Tahun Pelajaran 2009 / 2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di ikuti dengan penemuan - penemuan baru, memberikan gambaran bahwa perkembangan ilmu dan teknologi semakin cepat. Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan bidang - bidang yang lain terutama SDM. Seiring dengan kemajuan IPTEK tersebut bidang ilmu Geografi harus mampu mengikuti perkembangan bidang - bidang ilmu yang lain.
Goegrafi sebagai salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Oleh karena itu program pendidikan sosial dan ilmu pendidikan yang lainnya diupayakan dapat memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk memperdalam dan menguasai IPTEK tersebut.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan. Hal ini terbukti dengan hasil ujian yang selau di bawah standart yang telah ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengikuti perkembangan IPTEK tersebut mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya yang meliputi pengembangan kurikulum, peningkatan mutu tenaga pengajar, pengembangan kualitas belajar mengajar, dan lingkungan yang kondusif.
Dari upaya - upaya tersebut komponen yang merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Untuk itu kemampuan profesional guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan serta berkesinambungan. Peningkatan dan pengembangan profesionalisme tersebut meliputi berbagai aspek antara lain kemampuan guru dalam penguasaan meteri pengajaran dan kemampuan menggunakan metode dan saran dalam proses belajar mengajar.
Geografi merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan yang berperan dalam pendidikan di sekolah, namun selama ini terdapat kesan atau anggapan bahwa mata pelajaran Geografi itu sulit, tidak menarik, dan cenderung membosankan, sehingga siswa enggan untuk mempelajari Geografi, apalagi tertarik.
Dengan berkurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Geografi jelas akan mempengaruhi sikap siswa terhadapa pelajaran Geografi sehingga berdampak pada turunnya kemampuan penguasaan materi Geografi. Karena minat siswa yang kurang terhadap pelajaran geografi, hal ini menjadikan Geografi bukanlah mata pelajaran yang kurang favorit untuk dipelajari di sekolah - sekolah, sehingga Geografi benar menjadi pelajaran yang tidak disukai siswa.
Dengan uraian di atas maka penulis ingin membuat laporan mengenai bagaimana minat siswa terhadap mata pelajaran Geografi, serta pengaruhnya terhadap nilai tugas dan ulangan harian.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana minat siswa SMA Negeri 8 Surabaya terhadap mata pelajaran Geografi ?
2.Bagaimana minat siswa SMA Negeri 8 Surabaya dalam belajar Geografi dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD ?
3.Apakah minat siswa dan metode pengajaran yang digunakan dalam pelajaran Geografi berpengaruh terhadap ketuntasan belajarnya ?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui bagaimana minat siswa SMA Negeri 8 Surabaya terhadap mata pelajaran Geografi ?
2.Untuk mengetahui bagaimana minat siswa SMA Negeri 8 Surabaya dalam belajar Geografi dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD ?
3.Untuk mengetahui apakah minat siswa dan metode pengajaran yang digunakan dalam pelajaran Geografi berpengaruh terhadap ketuntasan belajarnya ?

D.Metode Penelitian
1.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kegiatan PPL yang berlangsung pada tanggal 11 Juli - 11 September 2009 di SMA Negeri 8 Surabaya
2.Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII - IPS Semester Ganjil tahun 2009 - 2010 di SMA Negeri 8 Surabaya. Keseluruhan subyek yang diteliti bersifat homogen, yang berarti bahwa materi yang disajikan sama siswa tidak dibedakan berdasarkan kemampuan masing - masing.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XII - IPS 1 Semester Ganjil tahun 2009 - 2010 di SMA Negeri 8 Surabaya.
3.Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan.
4.Tehnik Pengumpulan Data
a.Metode Angket
Metode angket dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden secara tertulis tentang pendapat mereka mengenai belajar geografi dengan menggunakan metode diskusi.
b.Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data tentang ketuntasan belajar siswa yang berupa kuantitatif berbentuk skor. Pelaksanaan tes pada akhir pembelajaran ( akhir materi )
5.Prosedur Penelitian
Langkah - langkah dalam penelitian :
a.Proses belajar mengajar menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD dengan diskusi kelompok.
b.Tes di akhir meteri pembelajaran
c.Menyebarkan angket
6.Standart Ketuntasan Belajar
Standart ketuntasan belajar yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah apabila siswa mencapai skor nilai 70 di dalam menjawab pertanyaan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Hakekat Belajar Mengajar
Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujutan proses belajar mengajar dapatr terjadi dalam berbagai model.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam hubungan belajar mengajar mempunyai arti yang luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa meteri pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
Dalam satu kali proses belajar mengajar, yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus ( TPK ) yang akan di capai. Setelah merumuskan TPK, langkah berikutnya adalah menentukan metode mengajar yang merupakan wahana pengembangan meteri pembelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan menunjang tercapainya tujuan tersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat dujadikan sebagai feedbeck bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kusntitas belajar siswa. Dari uraian ini jelaslah bahwa belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar. Sebaliknya, aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspek yang cukup kompleks.

B.Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Semua model mengajar ditandai dengan adanya strukrur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan ( reward ). Struktur tugas mengacu kepada dua hal yaitu pada cara pembelajaran itu di organisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran dengan kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan apa selama pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan sosial terhadap siswa pada saat merka bekerja menyelesaikan tugas - tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Struktur tugas berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat dalam pendekatan pengajaran tertentu.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak - tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keseragaman, pengembangan keterapilan sosial.
Sebenarnya pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Pada awal abad pertama seorang filosof berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasaangan atau teman. Dari situlah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan. Pada pembelajaran kooperatif tidaklah berevolusi dari satu pendekatan belajar tunggal. Model ini dapat diteluisuri kembali dari zaman yunani kuno, namun perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada abad ke - 20.
Pada tahun 1916, Jhon Dewey, yang kemudian mengajar di Universitas Chicago, menulis menulis sebuah buku yang berjudul Democracy and Education. Dalam buku itu dia menetapkan sebuah konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin dari masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai labolatorioum tentang kehidupan nyata.
Beberapa Tahun setelah Dewey memperkenalkan pedagoginya, Herbert Thelan ( 1954, 1969 ), juga dari Universitas Chicago, mengembangkan prosedur yagn lebih tepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Seperti halnya Dewey, Phelan berargumentasi bahwa kelas haruslah merupakan labolatorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah - masalah sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamka kelompok, mengembangkan bentuk yang lebih rinci dan terstruktur dari penyelidikan kelompok yang akan dibicarakan kemudian, mempersiapkan dasar konseptual untuk pengembangan masa kini pembelajaran kooperatif.
Tabel Langkah - Langkah
Model Pembelajaran Koopertif
Fase Tingkah laku guru
Fase - 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotifasi sisawa belajar
Fase - 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase - 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok - kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok - kelompok belajra dan membantu setiap kelompok agar melakukan transasasi secara efisien
Fase - 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok - kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase - 5
Evaluasi
Guru mengefaluasi hasil belajar tentang materi belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing - masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase - 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara - cara untuk menghargai baik upaya maupu hasil belajar individu dan kelompok

Dalam STAD, siswa dikelompokkan dalam tim - tim pembelajaran dengan empat anggota, anggota tersebut campuran ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru mempresentasikan sebuah pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim - timnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menuntaskan pelajaran itu. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis individu tentang bahan ajar tersebut, pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu.
Ide utama di balik STAD adalah untuk memotifasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan dalam menuntaskan keterampilan keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa belajar itu penting, bermanfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerja sama setelah guru mempresentasikan pelajaran. Mereka dapat bekerja berpasangan dengan cara membandingkan jawaban - jawabannya, mendiskusikan perbedaan yang ada, dan saling membantu satu sama lain saat menghadapi jalan buntu.
STAD terdiri dari Lima Komponen Utama : Presentasi Kelas, Kerja Tim, Kuis, Skor Perbaikan Individu, dan Penghargaan Tim. Bahan ajar dalam STAD mula - mula diperkenalkan melalui presntasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah - diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio - visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mampelajari konsep - konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, hanya pada presentasi tersebut harus jelas - jelas memfokus pada unit STAD tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh - sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka menentukan skor timnya.

BAB III
DATA DAN HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang saya lakukan, data - data yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis serta disajikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
A.Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi atau subjek yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII - IPS di SMA Negeri 8 Surabaya yang berjumlah 158 orang siswa.
2.Sampel
Sedangkan sampel yang peneliti ambil adalah siswa kelas XII IPS - 1 di SMA Negeri 8 Surabaya yang berjumlah 39 orang siswa.
B.Analisis dan Hasil Penelitian
1.Hasil Pengisian Angket Siswa
a.Pandangan Siswa Terhadap Pelajaran Geografi
Kedudukan Pelajaran Geografi Jumlah
Geografi pelajaran yang sulit 5
Geografi pelajaran yang sedang 28
Geografi pelajaran yang mudah 6
Jumlah 39

Responden yang menganggap pelajaran Geografi sulit x 100
Jumlah total responden
= 5/39 x 100% =12,8%

Responden yang menganggap pelajaran Geografi sedang x 100
Jumlah total responden
= 28/39 x 100% = 71,8%

Responden yang menganggap pelajaran Geografi mudah x 100
Jumlah total responden
= 6/39 x 100 % = 15,4 %


Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa reponden yang menganggap Geografi adalah pelajaran yang sulit, yaitu sekitar 12,8 % sedangkan responden yang menganggap bahwa pelajaran Geografi adalah pelajaran yang sedang, adalah 71,8 % dan responden yang menganggap bahwa pelajaran Geografi adalah pelajaran yang mudah adalah 15,4 %. Dari hasil keseluruhan prosentase di atas jumlah siswa yang menyatakan bahwa pelajaran Geografi adalah pelajaran yang sedang tingkat kesulitannya lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang menganggap bahwa pelajaran Geografi merupakan pelajaran yang sulit maupun yang menganggap mudah.

b.Kedudukan Metode Kooperatif Tipe STAD Dalam Pelajaran Geografi
Metode kooperatif menyenangkan 35
Metode kooperatif tidak menyenangkan 4
Jumlah 39

Responden yang menganggap metode kooperatif menyenangkan x 100
Jumlah total responden
= 35/39 x 100 %
= 92,1 %

 Responden yg menganggap metode kooperatif tdk menyenangkan x 100
Jumlah total responden
= 4/39 x 100 %
= 10,2 %

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa responden yang menganggap belajar Geografi dengan menggunakan metode kooperatif menyenangkan, yaitu 92,1 %, sedangkan responden yang menganggap belajar geografi dengan menggunakan metode kooperatif tidak menyenangkan adalah sekitar 10,2 %. Dari hasil keseluruhan prosentase di atas jumlah siswa yang menyatakan bahwa belajar Geografi dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD menyenangkan lebih banyak dibandingkan mereka yang menyatakan bahwa belajar Geografi dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD tidak menyenangkan.

c. Tanggapan Siswa Tentang Metode Kooperatif Tipe STAD
Dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD materi lebih mudah dipahami
36
Dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD materi sulit dipahami 3
Jumlah 39

 Responden yang lebih mudah memahami materi x 100
Jumlah total responden

= 36 x 100 %
39
= 92,3 %

 Responden yang sulit memahami materi x 100
Jumlah total responden

= 3 x 100 %
39
= 7,7 %

Dari perhitungan data di atas diketahui bahwa responden yang lebih mudah memahami materi dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD yaitu 92,3%, sedangkan responden yang sulit memahami materi dengan mengguanakan metode kooperatif tipe STAD adalah 7,7%. Dari hasil keseluruhan prosentase di atas jumlah siswa yang menyatakan bahwa belajar Geografi dengan menggunakan metode koopertif tipe STAD materi lebih mudah dipahami dari pada siswa yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode koopertaif tite STAD materi sukit untuk dipahami.

d. Mengerjakan Soal dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD
Mengerjakan soal dengan metode kooperatif tipe STAD lebih mudah 35
Mengerjakan soal dengan metode koopertif tipe STAD lebih sulit 4
Jumlah 39

 Responden yang lebih mudah mengerjakan soal x 100
Jumlah total responden

= 35 x 100 %
39
= 89,7 %

 Responden yang lebih sulit mengerjakan soal x 100
Jumlah total responden

= 4 x 100 %
39
= 10,2 %


Dari perhitungan data di atas diketahui bahwa responden yang merasa lebih mudah mengerjakan soal dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD sebesar 89,7 % sedangkan responden yang merasa sulit mengerjakan soal dengan menggunakan metode kooretif tipe STAD sebesar 10,2 %. Dari hasil keselurah prosentase di atas, jumlah siswa yang menyatakan lebih mudah mengerjakan soal dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang menyatakan bahwa mengerjakan soal dengan menggunakan metode kooretif tipe STAD lebih sulit.



2. Hasil Pengerjaan Soal
a. Pengerjaan Soal Secara Individu
Siswa mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan 25
Siswa tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan 14
Jumlah 39





 Siswa mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan x 100
Jumlah total responden
= 25 x 100 %
39
= 64,1 %

 Siswa tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan x 100
Jumlah total responden

= 14 x 100 %
39
= 35,9 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam mengerjakan soal secara individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam materi ini adalah 64,1% sedangkan siswa yang tidak mencapai standart ketuntasan yang ditetapakan adalah 35,9%. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa, dengan mengerjakan soal secara individu siswa yang mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan lebih banyak daripada siswa yang tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang telah ditetapkan deng selisih 28,2%.

b. Pengerjaan Soal Secara Berkelompok

Siswa mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan 30
Siswa tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan 9
Jumlah 39

 Siswa mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan x 100
Jumlah total responden

= 30 x 100 %
39
= 76,9 %
 Siswa tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan x 100
Jumlah total responden

= 9 x 100 %
39
= 23,1 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam mengerjakan soal secara berkelompok siswa yang mencapai standart ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dalam meteri ini adalah 76,9 % sedangkan siswa yang tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan adalah 23,1%. Dari hasil analisis yang dilaklukan oleh penulis dapat diketahui bahwa, dengan mengerjakan soal secara secara berkelompok siswa yang mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan lebih banyak daripada siswa yang tidak mencapai standart ketuntasan belajar yang ditetapkan dengan selisih 53,8 %

Dari hasil analisis perbandingan selisih ketuntasan belajar siswa antara mengerjakan soal secara individu dan berkelompok dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa dengan mengerjakan soal secara berkelompok lebih besar dibandingkan ketika siswa mengerjakan soal secara individu yaitu sebesar 25,6 %.



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari data yang telah dikumpulkan oelh penulis dan setelah dilakukan analisa dan perhitungan maka penulis talah memperoleh beberapa kesimpulan yang menggambarkan hasil dari penelitian penulis tentang metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Berdasarkan data yang telah diuraikan maka dapat diketahui bahwa siswa di SMA Negeri 8 Surabaya kebanyakan memandang mata pelajaran Geografi sebagai mata pelajaran yang mudah, hanya sebagian kecil yang memandang mata pelajaran Geografi sebagai mata pelajaran yang sulit. Siswa yang memandang bahwa belajar mata pelajaran Geografi dengan menggunakan metode kooperatif lebih menyenangkan lebih banyak daripada siswa yang memandang belajar mata pelajaran Geografi dengan mengguanak metode kooperatif kurang menyenangkan. Dengan mengguakan metode kooperatif siswa juga merasa lebih mudah memahami materi pelajaran, sehingga siswa lebih mudah dalam menyelasaikan soal - soal maupun tugas yang diberikan oleh guru.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode kooperaif tipe STAD materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes yang telah dikerjakan oleh siswa. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode koopertif tipe STAD, siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih banyak daripada ketika mengunakan metode individualistik.

B. SARAN

Setelah melihat hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis apat memberikan saran kepada bapak atau ibu guru yang mengajar mata pelajaran geografi agar menggunakan metode kooperatif tipe STAD ini agar siswa saling berinteraksi atau bertukar pikiran dengan sesama siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi dan mengerjakan soal.




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2002. prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Uzer Usman, Muhammad. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Koopertif. Surabaya : Pusat Sains Matematika Sekolah Unesa
Ibrahim, Muslimin. dkk. Pembelajaran kooperatif. Surabaya : Unesa – University Press

spesifikasi satelit dunia

Beberapa Spesifikasi Satelit Dunia

oleh ririn ra'ifatur rahmah

1. Satelit ASTER
Satelit ASTER merupakan satelit berresolusi tinggi. ASTER dibangun oleh konsorsium pemerintah Jepang dengan berbagai kelompok peneliti. ASTER melakukan monitoring tutupan awan, es, temperatur lahan, penggunaan lahan, bencana alam, es lautan, tutupan salju dan pola vegetasi. Citra ini memiliki resolusi spasial 15 hingga 90 meter. Citra multispektral memiliki 14 saluran, yang memudahkan analisis obyek dengan panjang gelombang yang tidak terlihat oleh mata manusia seperti near IR, short wave IR, dan Thermal IR.Penyedia resmi citra ASTER adalah Sattelite Imaging Corporation (SIC) melalui USGS

Karakteristik Sensor Satelit ASTER
Tanggal Peluncuran 18 December 1999 at Vandenberg Air Force Base, California, USA
Orbit 705 km altitude, sun synchronous
Inklinasi Orbit 98.3 degrees from the equator
Periode Orbit 98.88 minutes
Ketinggian 681 kilometer
Resolusi pada Nadir 15 to 90 meters
Waktu Melintas Ekuator 10:30 AM solar time
Waktu Lintas Ulang 16 days
Sumber : http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/ikonos.html

2. Satelit Landsat-7 ETM+
Program Landsat dimulai dengan diluncurkannya satelit Landsat-1. Landsat-1 merupakan satelit pengamatan bumi (EOS/Earth Observation Sattelite) yang pertama, diluncurkan pada tahun 1972. Satelit ini terkenal dengan kemampuannya merekam permukaan bumi dari angkasa. Generasi penerus satelit Landsat-1 yaitu Landsat-2, 3, 4, 5, dan 7. Pada saat ini Landsat-7 sebagai satelit pokok yang dioperasikan. Landsat-7 diluncurkan pada 15 April 1999. Landsat-7 ini dilengkapi dengan Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+), yang merupakan kelanjutan dari program Thematic Mapper (TM) yang diusung sejak Landsat-5. Saluran pada satelit ini pada dasarnya adalah sama dengan 7 saluran pada TM, namun diperluas dengan saluran 8 yaitu Pankromatik. Saluran 8 ini merupakan saluran berresolusi tinggi yaitu seluas 15 meter.
Karakteristik Sensor Satelit Landsat
Tanggal Peluncuran 24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base, California, USA
Orbit 705 +/- 5 km (at the equator) sun-synchronous
Inklinasi Orbit 98.2 +/- 0.15
Periode Orbit 98.9 minutes
Ketinggian 681 kilometer
Resolusi pada Nadir 30x30 meter (TM), 120 m x 120 m pixel (far-infrared band/band 7)
Cakupan Citra 185 km (115 miles)
Waktu Melintas Ekuator 10:30 AM solar time
Waktu Lintas Ulang 16 days (233 orbits)
Saluran Citra Panchromatic, blue, green, red, near IR, middle IR, far IR, Thermal IR
Sumber : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/landsat.html

spesifikasi satelit dunia

SPESIFIKASI BEBERAPA SENSOR SATELIT

oleh : Ririn Ra'ifatur Rahmah


1. Satelit IKONOS
Satelit Ikonos adalah satelit resolusi tinggi yang dioperasikan oleh GeoEye. Kemampuannya yang terliput adalah mencitrakan dengan resolusi multispektral 3,2 meter dan inframerah dekat (0,82mm) pankromatik. Aplikasinya untuk pemetaan sumberdaya alam daerah pedalaman dan perkotaan, analisis bencana alam, kehutanan, pertanian, pertambangan, teknik konstruksi, pemetaan perpajakan, dan deteksi perubahan. Mampu menyediakan data yang relevan untuk studi lingkungan. Ikonos menyediakan pandangan udara dan foto satelit untuk banyak tempat di seluruh dunia.
Karakteristik Sensor Satelit Ikonos
Tanggal Peluncuran 24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base, California, USA
Masa Operasi 7 tahun lebih
Orbit 98.1 derajad, sun synchronous
Kecepatan pada Orbit 7.5 km/detik
Kecepatan diatas bumi 6.8 km/detik
Kecepatan mengelilingi Bumi 14.7 kali tiap 24 jam
Ketinggian 681 kilometer
Resolusi pada Nadir 0.82 meter (panchromatic); 3.2 meter (multispectral)
Resolusi 26° Off-Nadir 1.0 meter (panchromatic); 4.0 meter (multispectral)
Cakupan Citra 11.3 kilometer pada nadir; 13.8 kilometer pada 26° off-nadir
Waktu Melintas Ekuator 10:30 AM solar time
Waktu Lintas Ulang 3 days at 40° latitude
Saluran Citra Panchromatic, blue, green, red, near IR
Sumber : http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/ikonos.html
2. Satelit QUICKBIRD
Quickbird adalah satelit resolusi tinggi milik DigitalGlobe. Dioperasikan secara langsung oleh perusahaan tersebut. Quickbird menggunakan sensor BGIS 2000 Sensor dengan derajad kedetilan resolusi 0.61 meter. Citra satelit ini merupakan sumber yang sangat baik dalam pemanfaatannya untuk studi lingkungan dan analisis perubahan penggunaan lahan, pertanian, dan kehutanan. Dalam bidang perindustrian, citra satelit ini dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi dan produksi minyak/gas, teknik konstruksi, dan studi lingkungan.
Karakteristik Sensor Satelit Quickbird
Tanggal Peluncuran 24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base, California,USA
Pesawat Peluncur Boeing Delta II
Masa Operasi 7 tahun lebih
Orbit 97.2°, sun synchronous
Kecepatan pada Orbit 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam)
Kecepatan diatas bumi 6.8 km/detik
Akurasi 23 meter horizontal (CE90%)
Ketinggian 450 kilometer
Resolusi Pankromatik : 61 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir)
Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-nadir))
Cakupan Citra 16.5 Km x 16.5 Km at nadir
Waktu Melintas Ekuator 10:30 AM (descending node) solar time
Waktu Lintas Ulang 1-3.5 days, tergantung latitude (30° off-nadir)
Saluran Citra Pan: 450-900 nm
Blue: 450-520 nm
Green: 520-600 nm
Red: 630-690 nm
Near IR: 760-900 nm
Sumber : http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/ikonos.html
3. Satelit Palsar
Bertahap PALSAR adalah tipe Array L-band Synthetic Aperture Radar instrumen ALOS dan mampu menembus awan dan gambar bisa siang dan malam dan dalam semua kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan Januari 2006, PALSAR dioperasikan oleh Badan Antariksa Jepang.
Karakteristik Satelit Palsar
Kecenderungan sudut (derajat) ,16
Periode orbit (menit) 99 menit
Berarti waktu setempat di turun simpul 10:30 ± 15 menit
Rata-rata ketinggian (km) 691,65 km
Orbit per hari 14 27/46
Ulangi siklus (hari) 46 hari (671 orbit)
Polarisasi HH, VV, HH&HV, VV&VH
Beam Mode dan Nominal Resolusi
Mode Resolusi Tinggi
ScanSAR
10 m 10 m
100 m 100 m
Sumber : http://www.cstars.miami.edu/cstars-info/satellite-specifications
4. Satelit RadarSat-1
RadarSat-1 adalah C-Band Synthetic Aperture Radar (SAR) yang menembus awan dan gambar bisa siang dan malam dan dalam semua kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan November 1995, RadarSat-1 dioperasikan oleh MDA GeospatialServices Richmond, Kanada. Karakteristik Sensor Satelit RadarSat-1
Kecenderungan sudut (derajat) 98,6
Periode orbit (menit) 100,7 min
Berarti waktu setempat di simpul mendaki 18:00 ± 5 menit
Rata-rata ketinggian (km) 798 km (793-821)
Orbit per hari 14 7 / 24
Ulangi siklus (hari) 24 hari (343 orbit)
Polarisasi HH
Beam Modes dan Nominal Resolusi
Fine Beam
Standar Beam
ScanSAR
8 m 8 m
20 m 20 m
50 m 50 m
Sumber : http://www.cstars.miami.edu/cstars-info/satellite-specifications

5. SPOT-5 Satellite Imagery
Satellite Imaging Corporation acquires and provides SPOT-5 satellite imagery worldwide. Satelit Imaging Corporation mengakuisisi dan SPOT-5 menyediakan citra satelit di seluruh dunia. The SPOT-5 satelit pengamat Bumi berhasil ditempatkan ke orbit oleh Ariane 4 dari Guiana Space Centre di Kourou malam selama 3-4 Mei 2002. 2 vegetasi instrumen penumpang SPOT-5 juga menyediakan kesinambungan pemantauan lingkungan di seluruh dunia. SPOT-5 menawarkan sangat meningkatkan kemampuan, yang menyediakan biaya tambahan solusi pencitraan yang efektif. SPOT-5 yang membaik 5 meter dan 2,5 meter dan lebar resolusi pencitraan petak, yang meliputi 60 x 60 km atau 60 km x 120 km di kembar-modus instrumen, maka satelit SPOT-5 menyediakan keseimbangan yang ideal antara resolusi tinggi dan wide-area cakupan.
Karakteristik Sensor Satelit SPOT-5
Tanggal Peluncuran 3 Mei 2002
Peluncuran Kendaraan Ariane 4
Peluncuran Lokasi Guyana Pusat Antariksa Guyana, Kourou, Guyana Perancis
Orbital Ketinggian 822 kilometer
Inklinasi orbit 98,7 °, sun-synchronous
Kecepatan 7,4 Km / detik (26.640 Km / jam)
Waktu melintas ekuator 10:30 (descending node)
Orbit Time 101,4 menit
Kembali Sisa 2-3 hari, tergantung pada lintang
Lebar petak 60 Km x 60 Km sampai 80 Km di titik nadir
Metrik Akurasi <50m akurasi posisi horisontal (CE90%)
Digitalisasi 8 bit
Resolusi Pan: 2.5m dari 2 x 5m adegan
Pan: 5m (nadir)
MS: 10m (nadir)
SWI: 20m (nadir)
Image Bands Pan: 480-710 nm
Hijau: 500-590 nm
Red: 610-680 nm
Dekat IR: 780-890 nm
Shortwave IR: 1,580-1,750 nm
Sumber : http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/spot-5.html
6. Satelit ENVISAT Asar
ENVISAT Asar adalah C-band Synthetic Aperture Radar Advanced instrumen onboard European Space Agency's ENVISAT satelit, dan mampu menembus awan dan gambar bisa siang dan malam dan dalam semua kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan Maret 2002, ENVISAT-1 yang dioperasikan oleh European Space Agency.
Karakteristik Sensor Satelit ENVISAT Asar
Kecenderungan sudut (derajat) 98,55
Periode orbit (menit) 100,6 min
Berarti waktu setempat di turun simpul 10:00 ± 5 menit
Rata-rata ketinggian (km) 799,8 km
Orbit per hari 14 11/35
Ulangi siklus (hari) 35 hari (501 orbit)
Polarisasi VV, HH, VH, HV
Beam Modes dan Nominal Resolusi
Image Mode
WideScan 30 m 30 m
50 m 50 m











Sumber : http://www.cstars.miami.edu/cstars-info/satellite-specifications


7. Satelit Cosmo-SkyMed
Cosmo-SkyMed (CO nstellation S atellites kecil untuk M editerranean baskom O bservation) adalah seorang Italia X-band SAR untuk observasi bumi dan satelit pertama diluncurkan Juni 2007. The Cosmo konstelasi akan terdiri dari empat Orbit bumi rendah (LEO) satelit menengah, masing-masing dilengkapi dengan multi-mode resolusi tinggi Synthetic Aperture Radar (SAR) yang beroperasi pada X-band dan dilengkapi dengan sangat fleksibel dan inovatif akuisisi dan transmisi data peralatan. Cosmo-SkyMed akan dioperasikan oleh Badan Antariksa Italia (ASI) dan akan memberikan aset pengamatan bumi yang ditandai dengan penuh cakupan global, segala cuaca, siang / malam akuisisi kemampuan, resolusi yang lebih tinggi, akurasi tinggi (lokasi geografis, Radiometri, dll ), kualitas gambar yang superior, cepat kembali / waktu tanggap, interferometrik / polarimetrik kemampuan dan lebih cepat-dan-mudah pemesanan dan pengiriman data, products and services. data, produk dan jasa.
Karakteristik Satelit Cosmo-SkyMed
Kecenderungan sudut (derajat) 97,86
Periode orbit (menit) 95 menit
Berarti waktu setempat di turun simpul 06:00 ± 15 menit
Rata-rata ketinggian (km) 619,6 km
Orbit per hari 14 13/16
Ulangi siklus (hari) 16 hari (237 orbit)
Konstelasi Satelit 4 pada 90 o pentahapan
Polarisasi (pilihan) HH, VV, HV, VH
Beam Mode dan Nominal Resolusi
Spotlight
StripMap Mode
HighImage
PingPong
ScanSAR Mode
Wideregion
Hugeregion 1 m 1 m

3 m 3 m
5 m 5 m

30 m 30 m
100 m 100 m
Sumber : http://www.cstars.miami.edu/cstars-info/satellite-specifications
Senin, 08 Maret 2010 0 komentar By: erinz_area

penanggulangan tenagakerja di indonesia

MAKALAH KETENAGAKERJAAN

Penanggulangan Permasalahan Ketenagakerjaan

Di Indonesia

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Mata Kuliah

Ketenagakerjaan Semester gasal tahun 2009-2010

Oleh :

RIRIN RA’IFATUR RAHMAH

064274026

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah dipanjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kepada seluruh umatnya. Melalui perjuangan dan untaian doa yang tulus terucap, tuhan memberikan kemudahan dan kelancaran jalan pada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir makalah ketenagakerjaan.

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah tugas akhir sebagai syarat dari mata kuliah ketenagakerjaan semester gasal tahun 2009-2010

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penulisan makalah ini dapat berhasil berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik materiil maupun moril. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan penulisan laporan ini yang mungkin jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, Desember 2009

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah pengangguran yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll.

Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka dapat dirumuskan “apakah yang menjadi permasalahan sehingga pengangguran di indonesia terjadi terus-menerus ?”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang di urai, maka makalah ini dibuat untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor sehingga masalah ketenagakerjaan khususnya pengangguran di indonesia berlangsung teru-menerus.

D. Manfaat

Mendapat wawasan tentang dunia ketenagakerjaan di indonesia dan apa saja yang menjadi kendala selama ini. Dapat juga buat intropeksi diri mengapa semua masalah pengangguran ini terus menerus berlangsung di negara indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.

Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.

Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak.

Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran. GNPP ini dimaksudkan untuk membangun kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya untuk berupaya mengatasi pengangguran. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.

Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan GNPP tersebut, menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap masalah ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.

Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.

Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.

Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah.

Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun 2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33 persen kesempatan kerja ini berada disektor pertanian, yang hingga saat ini tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan kerja yang tersedia tersebut berstatus informal. Ciri lain dari kesempatan kerja Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan SLTP ke bawah. Ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi golongan berpendidikan rendah.

Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja rendah.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Terdapat banyak sekali factor yang menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi tiap tahunnya. Masalahnya cukup kompleks mulai dari kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja, tingkat pendidikan yang sangat rendah hingga, banyaknya calon pencari kerja hingga kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia.

Semua ini mejadi pemandangan tiap tahun yang terjadi di Indonesia. Hal ini juga dapat memici permasalahan lainnya seperti sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Pembangunan bangsa Indonesia kedepan dapat terganggu karena pembangunan bangsa Indonesia sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.

B. SARAN

Adanya kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Kesadaran dan dukungan ini menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap masalah ketenagakerjaan indonesia, utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.